Selasa, 20 Januari 2015

Festival Pacu Jalur di Kuansing

Kabupaten Kuansing (singkatan dari “Kuantan Singingi”), juga sering disebut dengan Rantau Kuantan atau daerah perantauan orang-orang dari Minangkabau. Di Kabupaten Kuantan Singingi ini ada sebuah perlombaan tradisional yang sangat populer, yaitu perlombaan “Pacu Jalur”. Festival Pacu Jalurmerupakan salah satu budaya kebanggaan masyarakat Provinsi Riau, khususnya masyarakat Kuantan Singingi.

Perayaan Peringatan Hari Besar

Peserta Festival Pacu Jalur, RiauFestival Pacu Jalur Taluk Kuantan adalah sebuah perlombaan mendayung di sungai dengan menggunakan sebuah perahu panjang yang terbuat dari kayu pohon. Panjang perahu ini bisa mencapai 25 hingga 40 meter. Festival Pacu Jalur ini merupakan acara adat yang sudah turun temurun di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau. Sejak ratusan tahun yang lalu, budaya tersebut sudah diselenggarakan oleh masyarakat Kuansing hingga sampai sekarang. Festival ini merupakan festival tahunan terbesar bagi masyarakat di daerah Kabupaten Kuansing, khususnya Taluk Kuantan. Karena di Kota Taluk Kuantan ini melintang Sungai Kuantan yang merupakan arena perlombaan Pacu Jalur ini.
Pada awalnya, Pacu Jalur hanya diselenggarakan oleh desa-desa yang berada di sepanjang Sungai Kuantan. Festival tersebut diadakan untuk memperingati sekaligus memeriahkan hari-hari besar umat Islam. Seperti Maulud Nabi, Idul Fitri atau Tahun Baru Muharam (1 Sura). Namun setelah kemerdekaan Republik Indonesia, Festival Pacu Jalur Kuantan juga diselenggarakan untuk merayakan Hari Kemerdekaan RI. Biasanya festival ini dilaksanakan pada tanggal 23-26 Agustus setiap tahunnya di Pulau Sumatera.

Jalur/Perahu Pacu

Festival Perlombaan Pacu Jalur KuantanPacu Jalur Taluk Kuantan adalah sebuah permainan tim yang hanya dilakukan oleh kaum laki-laki yang berusia antara 15 sampai 40 Tahun. Sebuah tim akan berlomba dengan tim lainnya dalam mendayung perahu masing-masing. Dalam bahasa penduduk setempat, kata “Jalur” berarti “perahu”.
Jumlah pendayung perahu/Jalur berkisar antara 50 sampai 60 orang (tergantung dari panjang perahu). Anggota sebuah Jalur disebut “anak pacu” yang terdiri atas “Tukang Kayu”, “Tukang Concang” (komandan atau pemberi aba-aba), “Tukang Pinggang” (juru mudi), “Tukang Onjai” (pemberi irama di bagian kemudi dengan cara menggoyang-goyangkan badan), dan “Tukang Tari” (yang membantu tukang Onjai dalam memberi tekanan yang seimbang, agar Jalur dapat berjungkat-jungkit secara teratur dan berirama). Selain pemain, dalam lomba Pacu Jalur juga ada wasit dan juri yang bertugas mengawasi jalannya perlombaan dan menetapkan pemenang.
Sebagai catatan, ukuran dan kapasitas Jalur serta jumlah Anak Pacunya dalam lomba ini tidak dipersoalkan. Karena sebuah mitos, bahwa kemenangan ditentukan dari kekuatan magis yang ada pada kayu (yang dijadikan Jalur) serta kesaktian sang pawang dalam “mengendalikan” Jalur.

Dentuman Meriam

Perlombaan Pacu Jalur Taluk Kuantan memakai penilaian “sistem gugur”. Sehingga peserta yang kalah tidak boleh turut bermain kembali. Sedangkan para pemenangnya akan diadu kembali untuk mendapatkan pemenang utama. Selain itu juga menggunakan “sistem setengah kompetisi”. Dimana setiap regu akan bermain beberapa kali, dan regu yang selalu menang hingga perlombaan terakhir akan menjadi juaranya.
Perlombaan meriah ini dimulai dengan tanda yang cukup unik, yaitu dengan membunyikan meriam. Bagi Anda yang belum terbiasa mendengar suara meriam ini jangan kaget. Meriam ini digunakan karena bila memakai peluit, suara peluit  tidak akan terdengar oleh peserta lomba. Karena luasnya arena pacu dan hiruk pikuk penonton yang menyaksikan perlombaan.
Pada dentuman pertama Jalur-Jalur (perahu-perahu) yang telah ditentukan urutannya akan berjejer di garisstart. Pada dentuman kedua, mereka akan berada dalam posisi siap untuk mengayuh dayung. Dan setelah wasit membunyikan meriam untuk yang ketiga kalinya, maka dimulailah perlombaan Pacu Jalur tersebut. Setiap regu akan berlomba memacu (mengayuh) Jalurnya dan mengerahkan kemampuan terbaiknya untuk mencapai garis finish.
Sebelum acara puncak festival Pacu Jalur ini dimulai, Anda terlebih dahulu akan dihibur dengan penampilan tari-tarian dan nyanyian daerah untuk menghibur peserta dan masyarakat yang menyaksikan acara ini. Biasanya festival ini diikuti oleh ratusan perahu dan melibatkan ribuan atlet dayung. Festival Pacu Jalur Taluk Kuantan ini juga disaksikan oleh ratusan ribu penonton, serta menarik perhatian wisatawan domestik maupun mancanegara. Pastikan, Anda tidak melewatkan acara tahunan ini apabila tengah berlibur di Provinsi Riau.
Written by Ika Wahyuni

Pantai Wartawan, Panorama Alam Sumber Air Panas Lampung

Pantai Wartawan
Jika biasanya Anda ke pantai untuk menikmati keindahan laut dan pasirnya, di Pantai Wartawan Lampung,Anda juga dapat menikmati sensasi keunikan lain. Fenomena unik yang terjadi di pantai ini adalah kepulan asap yang juga memancarkan air panas yang keluar dari bebatuan di sekitar pantai. Air bersuhu panas ini bahkan bersumber dari belasan titik mata air. Biasanya sumber air panas hanya ditemukan jauh dari pantai, tapi disini pengunjung dapat menikmati dua keindahan sekaligus, keindahan pantai dan fenomena unik air panasnya.
Keindahan pancaran air panasnya bisa dinikmati ketika air pantai sedang surut saat pagi atau sore hari. Namun, ada satu hal penting yang tidak boleh Anda lupakan. Ya! jangan coba-coba mencelupkan kaki atau tangan ke sumber air panas ini sebab temperaturnya mencapai 80 hingga 100 derajat celcius. Sumber air panas perkirakan berasal dari anak Gunung Krakatau yang hingga kini masih aktif.

Objek wisata

Fenomena unik yakni sumber air panasnya, menjadi daya tarik tersendiri Pantai Wartawan. Air panas tersebut dipercaya oleh warga sekitar bisa mengobati berbagai jenis penyakit seperti dari rematik, alergi dan lainnya. Apabila Anda akan menyambangi pantai ini, cobalah membawa bahan makanan yang bisa direbus, Anda pun bisa menyantapnya langsung usai direbus di sumber air panasnya. Biasanya anak-anak nelayan akan membawa hasil perburuan mereka seperti ikan, udang dan telur untuk dimasak di pantai ini. Mereka lalu menikmati hasil tangkapan mereka sambil melihat pesona indahnya pantai. Anda pun tentu saja bisa melakukan hal yang sama, melakukan kegiatan memasak langsung dengan kompor alam Pantai Wartawan. Lebih unik lagi karena airnya tidak terasa asin meski berada di dekat pantai. Biasanya para wisatawan memanfaatkannya untuk membuat kopi.
Salah satu sumber air panas di pantai wartawan
Keunikan pantai ini memang hanya bisa dinikmati kala air sedang surut pada pagi atau sore hari. Jika sedang pasang tentu saja sumber air panas tadi akan tertutupi oleh air yang naik ke bibir pantai. Namun meski Anda kurang beruntung melihat fenomena pantai ini, Anda masih bisa menikmati lukisan indah alam pantai yang bisa dinikmati dari atas Bukit Botak yang letaknya tidak jauh dari sumber air panas. Panorama keindahan pantai bisa Anda nikmati dari atas bukit berketinggian 50 meter ini. Di bukit ini Anda juga dapat melihat goa dan berziarah ke makam Tubagus Sulaiman, beliau adalah seorang pendekar yang berasal dari Banten.

Lokasi

Pantai Wartawan terletak di Kabupaten Lampung Selatan, tepatnya berada di Desa Way Muli, Kecamatan Rajabasa, Provinsi Lampung.

Akses

Cukup mudah cara agar bisa sampai ke pantai ini, karena lokasinya persis di tepian jalan raya yang menghubungkan Kecamatan Rajabasa dengan Kota Kalianda. Akses jalan juga dalam kondisi baik untuk dilewati. Jika Anda bertolak dari dari simpang Gayam pada jalur Bakauheni Bandar Lampung, maka akan menempuh jarak sekitar 31,7 Kilometer. Mengenai tarif masuk, Anda hanya perlu mengeluarkan biaya Rp. 2.500,- per orang. ditambah lagi jasa parkir kendaraan, biasanya berkisar antara Rp. 2.000,- untuk sepeda motor dan Rp. 5.000,- untuk mobil.

Fasilitas dan Akomodasi

Di sekitar pantai sudah tersedia warung-warung yang menjajakan aneka makanan yang dapat dinikmati sambil melihat keindahan pantai. Hotel dan penginapan dapat ditemui di sekitar pusat Kota Bandar Lampung yang tidak jauh dari Pantai Wartawan.

Badak Sumatera, Badak yang Unik dan Langka dari Sumatera

Badak Sumatera
Seperti namanya, Badak Sumatera adalah salah satu hewan khas yang dimiliki Pulau Sumatera. “Badak Sumatera” (Dicerorhinus sumatrensis) sebenarnya adalah nama tradisional atas tiga sub-spesies badak, yaitu badak barat sumatera (Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis), Badak Timur Sumatera (Dicerorhinussumatrensis harrissoni), dan Badak Utara Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis lasiotis). “Badak utara sumatera” saat ini telah dinyatakan punah, “badak timur sumatera” yang juga ditemui di belantara Kalimantan ini diperkirakan masih ada sekitar 50 ekor, sedangkan badak barat sumatera (Dicerorhinussumatrensis sumatrensis) masih ada sekitar 200 ekor.

Badak Berbulu

Selain satu-satunya badak berbulu di dunia, badak sumatera termasuk jenis badak terkecil dari seluruh spesies badak di dunia. Bentuk tubuhnya gemuk dan agak membulat, dengan berat tubuh mencapai sekitar 909 Kg. Badak Sumatera berukuran tinggi 120 hingga 145 Cm, dan panjang sekitar 250 Cm. Badak Sumatera memiliki dua cula. Panjang cula depan sekitar 15-25 Cm, sementara cula belakang lebih kecil dengan ukuran sekitar 10 Cm. Cula pada badak betina lebih kecil dan lebih pendek daripada badak jantan.
Selain bercula dua, ciri khas Badak Sumatera adalah bulunya yang cukup panjang menyelimuti seluruh tubuh. Mulai dari samping luar kaki depan, perut, sampai di kedua kaki belakangnya. Bahkan, untuk Badak Sumatera yang hidup di alam liar, bulunya lebih lebat dibandingkan dengan yang hidup di penangkaran. Badak khas Sumatera ini adalah satu-satunya badak di dunia yang berbulu.
Pada masa bayi, hewan asli Sumatera ini dipenuhi rambut sangat lebat. Seiring pertambahan usia, pertumbuhan rambut itu menjadi semakin berkurang sehingga tidak selebat awalnya. Kondisi cuaca di tempat tinggalnya juga ikut berpengaruh pada kondisi bulu hewan endemik Sumatera ini. Bulu yang dimilikinya akan tumbuh semakin pendek di daerah panas. Sebaliknya, akan tumbuh dengan lebat di daerah dingin.
Sama halnya dengan badak jenis lainnya, Badak Sumatera berkulit tebal antara 10 hingga 16 milimeter. Pada pangkal paha, kaki depan, dan kaki belakang terdapat lipatan kulit tebal. Sehingga dari kejauhan akan nampak seperti baju zirah atau baju perang. Ciri lainnya dari hewan endemik Sumatera ini adalah mempunyai bibir atas melengkung-mengait ke bawah, warna kulitnya cokelat kemerahan.

Hewan Langka

Habitat bagi Badak Sumatera adalah daerah tepi laut hingga pegunungan yang cukup tinggi. Dengan kondisi tempat tersebut tersedia air, tempat berteduh, dan makanan yang cukup. Makanannya sendiri adalah daun dan ranting yang rendah. Uniknya badak asli Sumatera ini juga gemar memakan rotan, palem dan batang tanaman jahe.
Apabila cuaca di tempatnya cenderung cerah, Badak Sumatera biasanya memilih turun ke dataran yang lebih rendah, demi menemukan tempat yang lebih kering. Tiap hari Badak Sumatera dapat menempuh jarak jalan sejauh 12 km dalam waktu 20 jam, baik itu di malam ataupun siang hari.
Tidak hanya di Pulau Sumatera dan dalam negeri saja, Badak Sumatera sudah bisa ditemui di beberapa kebun binatang Internasional. Seperti Kebun Binatang Copenhagen, Hamburg, London, dan Kalkuta. Pengiriman tujuh ekor badak khas Sumatera juga pernah dilakukan, dari Pulau Sumatera menuju Amerika Serikat. Sayangnya, pada tahun 1997 hanya tertinggal 3 ekor saja yang tersebar di Kebun Bintang Bronx (seekor betina), Kebun Binatang Los Angeles (seekor betina), dan Kebun Binatang Cincinati (seekor pejantan). Melihat kondisi tersebut akhirnya diputuskan bahwa ketiganya dikumpulkan di Kebun Binatang Cincinati.
Sedangkan di Indonesia, fauna khas Sumatera ini dilindungi di beberapa Taman Nasional diPulau Sumatera, seperti di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Di Taman Nasional ini, populasi Badak Sumatera diperkirakan hanya tinggal 60 sampai 80 ekor saja. Jumlah tersebut merupakan populasi terbanyak ke-2 di dunia. Selain itu, hewan unik ini juga kerap ditemui di pedalaman hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Taman Nasional Gunung Leuser, dan Taman Nasional Way Kambas yang juga berada di Sumatera.
(written by Ika Wahyuni)

Candi Muara Takus

Candi Muara Takus
Riau termasuk salah satu provinsi yang akrab dengan peninggalan sejarah. Tidak hanya rumah ibadah klasik atau tugu, Riau juga memiliki sebuah candi yang menjadi bukti sejarah perkembangan agama tersebut diprovinsi Riau, dan diperkirakan telah ada sejak masa keemasan Kerajaan Sriwijaya serta banyak dikunjungi wisatawan. Ya, namanya adalah Candi Muara Takus.

Objek Wisata

Candi Muara Takus adalah salah satu dari beberapa candi Budha, dan candi ini membuktikan bahwa pernah eksistensi agama Budha di kawasan ini beberapa abad silam. Walaupun para arkeolog belum dapat menentukan secara pasti kapan candi ini didirikan, namun mereka sepakat bahwa Candi ini berdiri pada masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya abad VII-XII Masehi.
Stupa merupakan ciri utama bangunan suci umat Budha. Arsitektur stupa di Candi Muara Takus ini sangat unik dengan ornamen sebuah roda dan kepala singa. Bentuk stupa memiliki kesamaan dengan stupa Budha di Myanmar,  Vietnam, Sri Lanka atau stupa kuno di India pada periode Asoka. Kompleks candi ini dikelilingi tembok seluas 74 x 74 meter. Bahkan, kompleks candi di area luar dikelilingi tembok tanah seluas 1,5 x 1,5 kilometer.
Bangunan candi terbuat dari tanah liat dan bagian pagar terbuat dari batu putih. Selain Muara Takus, beberapa candi lainnya yang juga berdiri adalah Candi Tua, Candi Bungsu, Mahligai Stupa dan Palangka. Menurut beberapa sumber, batu yang digunakan untuk membangun candi ini terdiri dari bahan dasar seperti batu pasir, batu sungai dan batu bata. Batu bata tersebut berasal dari desa Pongkai, sebuah desa yang terletak di sebelah hilir kompleks candi. Selain itu, juga terdapat sebuah gundukan yang diperkirakan sebagai tempat pembakaran tulang manusia. Berdasarkan hasil penelitian arkeologi tahun 1994, Candi Muara Takus terdiri dari pagar keliling, Candi Tua, Candi Bungsu, Candi Mahligai, Candi Palangka, Bangunan I, Bangunan II, Bangunan III, Bangunan IV, Bangunan VII, dan Tanggul kuno. Tidak cukup sampai di situ,  di kompleks ini Anda juga akan menemukan fragmen arca singa, fragmen arca gajah pada puncak candi Mahligai, inskripsi mantra, pahatan vajra, gulungan daun emas dengan permukaan ukiran berpahat mantra dan gambar vajra.
Asal Usul Candi Muara Takus
Nama candi ini sendiri berasal dari nama anak sungai yang bermuara ke Batang Kampar Kanan. Arti “Muara” yaitu suatu tempat dimana anak sungai mengakhiri alirannya ke laut. Sedangkan “Takus” berasal dari bahasa cina yaitu “Ta” yang berarti besar, “Ku” berarti tua, dan “Se” berarti candi. Jadi, Candi Muara Takus berarti bangunan candi tua megah di muara sungai.
Konon, masyarakat setempat percaya bahwa Candi Muara Takus dibangun berdasarkan permintaan dari seorang putri yang berasal dari India. Putri tersebut dibawa oleh Datuk Tiga Ahli ke Muara Takus setelah berlayar ke India. Di kalangan masyarakat Putri tersebut dikenal sebagai Putri Reno Wulan atau Putri Induk Dunia. Candi Muara Takus didirikan sebagai syarat kerelaannya dibawa ke negeri tersebut. Putri tersebut meminta dibuatkan candi yang serupa dengan candi di tempat orangtuanya berasal. Maka itulah Candi Muara Takus mempunyai kemiripan dengan Candi Asoka di India. Fenomena lain yang disaksikan sendiri oleh masyarakat sekitar yaitu adanya seekor gajah putih memimpin sekelompok gajah pada malam hari saat bulan purnama. Gajah-gajah tersebut mendatangi candi dan melakukan posisi seperti sujud abdi menyembah kepada junjungannya. Kemudian sekelompok gajah yang kurang lebih berjumlah 30 ekor tersebut mengelilingi Candi Muara Takus. Bila dihubungkan dengan mitologi Budha, gajah merupakan sebagai salah satu reinkarnasi Budha, dan juga sebagai simbol dan kendaraan seorang raja. Fenomena tersebut menandakan adanya kehidupan peradaban Budha di Riau pada masa lampau.

Lokasi

Candi Muara takus Terletak di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Riau. Dari kota Pekanbaru, Anda akan menempuh  jarak sekitar 135 km. Lokasinya cukup dekat dari Pinggir Sungai Kampar, yaitu sekitar 2,5 km dari pusat Desa Muara Takus menuju kompleks candi.

Akses

Lokasinya candi ini dapat dikunjungi dengan perjalanan darat kurang lebih 3 jam dari Pekan Baru, Riau. Letaknya yang juga di tepi sungai Kampar Kanan dapat dicapai dengan mudah dari jalan lintas Riau –Sumatera Barat yang hanya berjarak sekitar 20 km.

Fasilitas dan Akomodasi

Tidak perlu khawatir kalau anda jika ingin berlibur di Candi Muara Takus, karena diarea candi sudah banyak terdapat rumah makan, kios penjual makanan ringan, kios souvenir dan beberapa penginapan atau hotel.

Nuansa Melayu di Kerajaan Siak Sri Indrapura

Kerajaan siak Indrapura

Berbicara tentang kota melayu memang tidak pernah ada habisnya, apalagi tentang cagar budaya, peninggalan sejarah dan keseniannya. Salah satu peninggalan sejarah terkenal adalah Kerajaan Siak Sri Indrapura. Kerajaan Siak Sri Indrapura merupakan kerajaan melayu islam terbesar di Kabupaten Siak,Propinsi Riau.
Obyek Wisata
Tahun 1723 M merupakan awal berdirinya kerajaan oleh Raja Kecik dengan gelar khas Melayu yakni Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah putera Raja Johor, Malaysia (Sultan Mahmud Syah) bersama sang istri, Encik Pong. Kala itu, Buatan dipilih sebagai lokasi pusat kerajaan. Dalam Bahasa, ‘Siak Sri Indrapura’ bermakna pusat kota raja yang taat beragama. Sementara bahasa sansekerta, ‘Sri’ adalah ‘bercahaya’, ‘Indra’ adalah ‘raja’. Dan ‘Pura’ adalah ‘kerajaan’.
Jarak Kota Pekanbaru menuju Istana sekitar 125 km dengan luas bangunan kerajaan mencapai 28.030 m2. Hingga kini, Anda dapat melihat bukti-bukti sejarah kerajaan saat menulusuri bagian dalam istana. Benda-benda sejarah seperti kursi emas singgasana sultan,  senjata kerajaan melayu,  replika mahkota, bendera Kerajaan, setanggi pembakar, tombak kerajaan, brankas, alat musik asal Jerman dengan piringan berukuran diameter 90 cm berisi lagu Mozart dan Bethoven, lampu kristal, berbagai bentuk senjata,  dan aneka koleksi cinderamata dari negeri sahabat. Tidak hanya itu, sebuah cermin peninggalan permaisuri sultan yang disebut cermin Ratu Agung pun masih tersimpan rapi. Bahkan, masyarakat setempat menganggap bahwa cermin tersebut akan menjadikan kulit awet muda jika menggunakannya.
Selain corak Melayu, bangunan istana ini juga mengingatkan kita pada gaya arsitektur Eropa. Wajar saja, sebab pembangunannya dilakukan oleh arsitekt dari Jerman. Bangunannya terdiri atas dua lantai yaitu lantai atas dan lantai bawah. Fungsi utama lantai atas adalah untuk tamu kerajaan dan ruang istirahat Sultan. Lantai atas memiliki sembilan ruangan, sedangkan lantai bawah atau disebut juga Lantai Istana Matahari Timur memiliki ruang sidang, ruang tunggu bagi tamu perempuan dan tamu laki-laki,  dan satu ruangan di sebelah kanan adalah tempat berlangsungnya ruang sidang sekaligus adanya acara/ pesta istana. Empat ruang utama di lantai dasar diantaranya adalah :

  1. Ruang depan istana yang merupakan ruang tunggu para tamu kerajaan, dimana di dalamnya terdapat dua bagian ruang. Untuk tamu terhormat disebut Ruangan Kursi Gading yang berkain gorden berwarna hijau lumut dikhususkan untuk tamu pria, dan satu ruangan terhormat lainnya untuk tamu perempuan.
  2. Ruang di sebelah kanan aadalah tempat berlangsungnya sidang kerajaan, sekaligus untuk pengadaan pesta di istana.
  3. Ruang di sebelah kiri merupakan ruang seremonial adat melayu, seperti pelantikan, upacara menjunjung duli dan ritual peringatan hari besar Islam.
  4. Ruang belakang yaitu untuk tempat persiapan jamuan bagi para tamu undangan. Ruang ini sangat mencolok dengan tangga besi spiral buatan Jerman sebagai akses menuju lantai atas. Koridor ruang sepanjang 200 m di sini menjadi tempat makan bagi penduduk biasa.

Tiap sudut istana memiliki pilar berbentuk bulat. Dinding-dinding dihiasi keramik buatan Perancis. Sementara pada puncak bangunan, Anda akan terpukau melihat enam patung hiasan berbentuk burung elang atau garuda. Patung ini menjadi simbol keberanian Kerajaan Siak Sri Indrapura. Semua pintu dan jendela berbentuk kubah dengan hiasan mozaik kaca. Sepasang burung Elang yang memukau menghiasi pintu gerbang masuk. Anda juga akan menemui delapan meriam yang menyebar ke berbagai sisi halaman istana, dimana di sebelah kiri belakang istana terdapat bangunan kecil sebagai penjara sementara. Beberapa bangunan lain sekitar istana yang tidak boleh Anda lewatkan yaitu Jembatan Siak, Balai Kerapatan, Mesjid Syahabbudin dan Makam Sultan Kasim II.
Lokasi
Kerajaan siak terletak di Jl. Sultan Syarif Kasim, Siak Kabupaten Riau Propinsi Riau.
Tiket Masuk
Tiket masuk  untuk dewasa Rp3.000,- dan anak-anak Rp2.000,-.
Jam buka Istana Siak adalah hari Senin-Kamis dan Sabtu pukul 09.00-16.00 WIB.
Pada hari Jumat buka pukul 13.45-16.00 WIB.
Akses
Untuk mencapai di obyek wisata ini dapat ditempuh dengan perjalanan darat selama 4 jam dari Pekanbaru Propinsi Riau.
Akomodasi
Temukan berbagai akomodasi di sekitar Kerajaan Siak dari wisata kuliner khas Minang di tepian sungai Siak sembari menikmati pemandangan jembatan siak dan berbagai penginapan dan hotel dengan harga bervariasi.

Pesona Keindahan Kepulauan Arwah Propinsi Riau

Kepulauan Arwah
Propinsi Riau yang terletak di Pulau Sumatera dan mempunyai batas Selat Malaka bersebelahan dengan negara tetangga Malaysia memiliki keindahan pantai yang sangat elok. Diantara luas nya Selat malaka terdapat sebuah kepulauan kecil yang sangat eksotis. Kepulauan Arwah yang mungkin kalau kita mencari di peta Indonesia kepulauan ini sangat kecil.
Obyek Wisata
Kepulauan ini tidak seseram namanya dan tidak ada hubunganya dengan hal-hal gaib. Sebaliknya, Kepulauan Arwah memiliki eksotisme yang sangat mengaggumkan untuk dikunjungi. Kepulauan Arwah terdiri dari 9 gugusan kepulauan kecil yaitu Pulau Jemur, Pulau Batu Berlayar, Pulau Batu Mandi, Pulau Tokong Simbang, Pulau Batu Adang, Pulau Tokong Pucung, Pulau Pertandangan, Pulau Tokong Mas,  dan Pulau Labuhan Bilik.
Kesembilan pulau ini adalah pulau kecil yang ditumbuhi beberapa bohon dan vegetasi. Sebagian besar terdiri dari batu-batu besar dan saling berdekatan. Kepulauan Arwah memberikan banyak keindahan landscape perpaduan antara birunya air, pasir putih dan hijaunya tumbuhan dipulau. Kepulauan Arwah bisa dibilang cukup bersih terbebas dari sampah non organik, karena belum tertalu banyak wisatawan yang berkunjung kesana. Ombak yang begitu tenang membuat wisatawan tidak perlu takut untuk menikmati keindahan laut dengan berenang, snorkling ataupun diving menikmati keindahan hayati bawah laut. Bagi yang hobi memancing bisa menyewa speedboat untuk mencari spot memancing terbaik dan merasakan kuatnya tarikan ikan-ikan yang berada diantara karang.
Diantara sembilan pulau yang ada digugusan Kepulauan Arwah, Pulau Jemur yang paling favorit dikunjungi oleh wisatawan. Pulau jemur yang luasnya sekitas 3,5 kilometer persegi ini mempunyai keindahan bahari yang sangat mengaggumkan. Air laut yang bersih, Pasir putih yang lebih membuat wisatawan betah berlama-lama menimati Pulau Jemur. Yang paling menarik adalah, pulau ini sebagai habitat asli penyu hijau yang keberadaanya sekarang sangat jarang ditemui. Di pulau ini dapat ditemui tempat penangkaran penyu hijau. Apabila beruntung kita akan menemukan seekor penyu yang berlabuh dan bertelur dipantai. Moment yang sangat langka untuk ditemukan. Selain keindahan pantai dan pengakaran penyu hijau, Pulau Jemur juga terdapat mercu suar, gua pertahanan Jepang, serta situs tapak kaki orang sakti, perigi tulang, dan batu Panglima Layar.
Lokasi
Kepulauan Arwah terletak di Kabupaten Rokan Hilir, Propinsi Riaumercusuar kepulauan arwah propinsi riau
Akses
Perjalanan menuju Pulau Jemur bisa diakses dari Pekanbaru menuju Pelabuhan Bagansiapiapi menggunakan jalur darat. Setelah itu menyewa speedboat dengan selama dua jam dan perjalanan sejauh 72km.
Fasilitas dan Akomodasi
Kepulauan Arwah masih sangat alami, belum adanya ekploitasi. Fasilitas disana masih sangat-sangat minim. Bagi yang menginginkan menginap di Kepualauan ini disarankan di Pulau Jemur dan menginap menggunakan tenda ataupun di pos penjagaan TNI AL.

Kota Medan, Pintu Gerbang Utara Sumatera

Menara Tirtanadi, Ikon Kota Medan
Salah satu tujuan berlibur paling terkenal di Pulau Sumatera adalah Danau Toba yang di tengahnya terdapat pulau fantastik bernama Pulau samosir. Tahukah Anda? ke dua objek wisata ini terletak di Provinsi Sumatera Utara, dengan Medan sebagai ibukotanya. Kota Medan merupakan kota terbesar di Pulau Sumatera.
Mayoritas Penduduk Kota Medan adalah suku Batak. Suku ini adalah salah satu suku yang cukup besar di Indonesia. Bahasa Batak “horas” cukup populer didengar sebagai salam saat mereka saling bertemu atapun menyapa orang lain.

Geografi

Kota Medan terletak di bagian utara Pulau Sumatera. Posisi koordinatnya adalah 3°35′LU dan 98°40′BT. Kota Medan berbatasan dengan Selat Malaka di sebelah utara dan Kabupaten Deli Serdang di sebelah barat, timur, dan utara.
Medan Sumatera menjadi tempat yang strategis sebab berada di jalur pelayaran Selat Malaka. Dengan demikian, kota ini menjadi pintu gerbang kegiatan ekonomi domestik dan mancanegara yang melalui Selat Malaka. Selain itu, Medan juga berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan juga beberapa daerah kaya sumber daya alam, mempengaruhi kemampuan Medan dalam hal ekonomi sehingga memiliki hubungan kerjasama yang saling memperkuat dengan daerah sekitarnya.
Luas Kota Medan adalah sekitar 26.510 hektar atau setara dengan 265,10 km². Dengan kata lain, Kota Medan memiliki wilayah 3,6% dari keseluruhan Sumatera Utara. Kota Medan jika diperlihatkan secara topografinya cenderung miring ke utara. Kota ini berada pada 2,5 hingga 3,5 meter di atas permukaan laut.
Beberapa Sungai yang mengaliri Kota Medan adalah Sungai Belawan, Sungai Badera, Sungai Sikambing, Sungai Putih, Sungai Babura, Sungai Deli, Sungai Sulang-Saling, Sungai Kera, dan Sungai Tuntungan. Pemerintah juga telah membuat kanal besar dengan nama Medan Kanal Timur agar dapat mencegah banjir di beberapa wilayah Kota Medan. Menara Air Tirtanadi adalah sebuah bangunan yang menjadi ikon Kota Medan.
Kota Medan dipimpin oleh seorang walikota. Secara administratif, Medan terdiri atas 151 kelurahan dan 21 kecamatan, diantaranya adalah :
  1. Medan Tuntungan
  2. Medan Johor
  3. Medan Amplas
  4. Medan Denai
  5. Medan Area
  6. Medan Kota
  7. Medan Maimun
  8. Medan Polonia
  9. Medan Baru
  10. Medan Selayang
  11. Medan Sunggal
  12. Medan Helvetia
  13. Medan Petisah
  14. Medan Barat
  15. Medan Timur
  16. Medan Perjuangan
  17. Medan Tembung
  18. Medan Deli
  19. Medan Labuhan
  20. Medan Marelan
  21. Medan Belawan

Budaya

Berdasarkan sensus tahun 2010, jumlah penduduk Kota Medan adalah 2,109,330 jiwa. Mayoritas penduduk Kota Medan adalah suku Batak, beberapa suku lainnya yang turut berdomisili di kota ini adalah suku Jawa, Tionghoa, Mandailing, Minangkabau, Melayu, Karo, Aceh, Sunda, dan Tamil. Selain itu, Suku pendatang dari ras Tionghoa juga menjadi bagian dari penduduk Medan.
Bahasa yang kerap digunakan penduduk sehari-hari adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Batak, dan Bahasa Mandailing. Anda perlu mempelajari beberapa bahasa Batak yang sering digunakan masyarakat setempat agar dapat menjalin komunikasi yang lebih akrab selama berwisata di kota ini. Suku Melayu banyak yang memilih tinggal di pinggiran kota sementara untuk suku Minangkabau dan Tionghoa lebih dominan tinggal di tempat-tempat ramai karena banyak diantaranya yang menjadi pedagang. Lain lagi dengan suku Mandailing, mereka akan banyak dijumpai tinggal di daerah pinggiran yang lebih nyaman dan tidak sepadat di kawasan perkotaan.
Islam dan Kristen Protestan adalah agama yang dominan di kota ini. Setelahnya, secara berurutan adalah agama Katholik, Budha dan Hindu. Kota Medan, seperti halnya Indonesia secara umumnya, memberikan kebebasan kepada setiap masyarakat untuk dapat melakukan ibadah sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Sehingga, tidak sulit menemukan rumah ibadah saat anda berada di kota ini.
Aset budaya suku Batak yang sangat terkenal salah satunya adalahkain Ulos. Kain Ulos secara umum memiliki bentuk seperti selendang, tetapi bahan dan kegunaannya tentu berbeda. Kain Ulos secara khusus digunakan dalam berbagai upacara adat, baik itu perayaan pernikahan, pesta adat, kelahiran, ataupun duka saat anggota suku meninggal dunia. Cara pemakaiannya juga berbeda antara pria dan wanita. Kain Ulos biasanya tetap digunakan oleh suku Batak unutk acara-acara adat sekalipun mereka sudah tidak berdomisili di kampung halamannya.
Kota Medan termasuk salah satu kota yang mengalami perkembangan dan modernisasi yang cukup pesat dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya di Sumatera. Sekalipun demikian, Kota Medan tetap menjadi istana wisata alam yang kemahsyurannya sudah terdengar hingga ke mancanegara.

Wisata

Selain wisata alam, Kota Medan juga kaya akan objek wisata sejarah, pendidikan, serta tempat liburan yang modern. Semuanya tersaji secara lengkap di kota ini. Tidak hanya itu, kuliner khas kota Medan juga akan memanjakan lidah Anda dengan resep-resep khasnya yang akan membuat Anda ketagihan. Jalur-jalur transportasi baik dari darat, perairan, dan udara untuk menuju tempat-tempat wisata juga selalu mengalami pengembangan dan perbaikan demi menciptakan kota Medan yang ramah akses. Layanan dan fasilitas umum pun tersebar dan akan semakin memudahkan Anda dalam memenuhi setiap kebutuhan selama berlibur.
Banyak sekali tempat wisata yang dapat Anda kunjungi, antara lain:
  • Danau Toba
  • Pulau Samosir
  • Pemandian air panas
  • Air terjun
  • Istana Maimun
  • Gedung Balai Kota lama
  • Kantor Pos Medan
  • Menara Air Tirtanadi sebagai ikon kota Medan
  • Titi Gantung yaitu sebuah jembatan di atas rel kereta api
  • Gedung London Sumatera
  • Masjid Raya Medan
Selain itu juga terdapat beberapa bangunan tua yang cocok sekali bagi Anda pecinta wisata sejarah, seperti:
  • Kantor Balai Kota
  • Stasiun Kereta Api Lama
  • Menara Bakaran Batu
  • Tjong A Fie Mansion
  • PT PP London Sumatera
  • Gedung Sekolah Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Medan
Yakinlah, Anda akan menghabiskan satu kertas penuh untuk menuliskan lokasi-lokasi wisata dalam daftar panjang liburan Anda di Kota Medan!
(Written by Ika Wahyuni)